Ilmu Pengetahuan Pengamat : Lawakan Dewan Legislatif Politik, Novanto Kembali Ketua Dpr
Hukum Dan Undang Undang (Jakarta) Pengamat aturan tata negara dari Fakultas Hukum Universitas Andalas Feri Amsari menyampaikan kembalinya Setya Novanto menjadi Ketua dewan perwakilan rakyat merupakan banyolan politik. Setya mengundurkan diri sebagai ketua Dewan ketika terlibat masalah seruan saham Freeport yang biasa disebut "papa minta saham", Desember 2015.
Feri menilai keputusan Golkar mengembalikan Setya ke bangku Ketua Dewan akan merugikan forum tinggi negara tersebut. Sebab, publik menilai Novanto pernah tersangkut duduk masalah etik. "Ini akan meyakinan publik bahwa dewan perwakilan rakyat yaitu forum yang berisi orang-orang bermasalah. Ini yang namanya banyolan parlemen," ungkapnya dikala dihubungi Tempo, Kamis 24 November 2016.
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dalam Rapat Pleno Pengurus DPP Golkar di Kantor DPP Golkar, Jakarta, 6 Oktober 2016. TEMPO/Maria Fransisca (magang) |
Kembalinya Setya, yang kini Ketua Umum partai Golkar, sebelumnya menang dalam juducial review Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik perihal legalitas penyadapan yang dilakukan swasta sebagai bukti masalah aturan di Mahkamah Konstitusi. Namun berdasarkan Feri, kemenangan itu tidak meluruskan pelanggaran etik yang pernah dilakukan.
MK memutuskan penyadapan terhadap Setya dalam masalah tersebut ilegal. "Putusan MK itu hanya perihal alat bukti. Perihal Setya mencemarkan nama baik itu sudah diketahui publik," ujar Feri kepada Tempo.
Partai Golkar mewacanakan kembali mengangkat Setya sebagai Ketua dewan perwakilan rakyat RI. Wacana itu muncul sehabis ada putusan dari MK dan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang menyebutkan bahwa Setya tidak bersalah.
Menurut Feri, Setya akan kesulitan menjalankan tugasnya sebagai pimpinan forum negara yang mengawasi kinerja pemerintahan lantaran berpotensi disandera dengan masalah usang yang pernah menjeratnya. Setiap keputusan kelembagaan yang dikeluarkan Setya dapat dipermasalahkan anggotanya sendiri, lantaran pernah cacat politik.
Selain itu, Feri menilai diangkatnya kembali Setya menjadi Ketua dewan perwakilan rakyat akan merugikan Partai Golkar. Sebab, lawan politiknya di internal partai dan di luar partai akan berupaya membongkar masalah Setya. "Itu sebabnya pilihan kepada Satya seolah-olah bom waktu bagi pengabaian sopan santun dalam politik," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid menyampaikan Setya akan diangkat kembali menjadi Ketua DPR. Alasannya, harkat dan martabat Setya perlu dikembalikan sehabis ada putusan dari MK dan MKD. “Putusan MK jelas, apa yang pernah dipersoalkan tidak berdasar dan tidak mempunyai kekuatan hukum,” kata Nurdin Senin, 21 November 2016.
Ketua Umum Golkar Setya Novanto mengaku tak tahu perihal adanya seruan biar dirinya kembali menjadi ketua DPR. "Saya betul-betul tidak tahu bahwa ada putusan dari pleno Golkar yang memutuskan untuk saya kembali menjadi Ketua dewan perwakilan rakyat RI. Dan, hingga sekarang, saya belum tahu situasinya," ujar Setya Novanto seusai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Selasa, 22 November 2016. (***)