Ilmu Pengetahuan Ciri-Ciri Mental & Habitat Manusia
Ciri-ciri Mental & Habitat Manusia Manusia ialah mahluk yang paling mulia, insan ialah mahluk yang berfikir, dan insan ialah mahluk yang mempunyai 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), insan dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
A. Ciri-ciri Mental
Banyak Manusia menganggap dirinya organisme terpintar dalam kerajaan hewan, meski ada perdebatan apakah cetaceans menyerupai lumba-lumba sanggup saja mempunyai intelektual sebanding. Tentunya, insan ialah satu-satunya binatang yang terbukti berteknologi tinggi. Manusia mempunyai perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar di antara semua binatang besar (Lumba-lumba mempunyai yang kedua terbesar; hiu mempunyai yang terbesar untuk ikan; dan gurita mempunyai yang tertinggi untuk invertebrata). Meski bukanlah pengukuran mutlak (sebab massa otak minimum penting untuk fungsi "berumahtangga" tertentu), perbandingan massa otak dengan tubuh memang memperlihatkan petunjuk baik dari intelektual relatif.
Ciri-Ciri Mental & Habitat Manusia |
Kemampuan insan untuk mengenali bayangannya dalam cermin, merupakan salah satu hal yang jarang ditemui dalam kerajaan hewan. Manusia ialah satu dari empat spesies yang lulus tes cermin untuk pengenalan pantulan diri - yang lainnya ialah simpanse, orang utan, dan lumba-lumba. Pengujian menerangkan bahwa sebuah simpanse yang sudah bertumbuh tepat mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan seorang anak insan berumur empat tahun untuk mengenali bayangannya di cermin.
Pengenalan contoh (mengenali susunan gambar, dan warna serta meneladani sifat) merupakan bukti lain bahwa insan mempunyai mental yang baik.
Kemampuan mental manusia, dan kepandaiannya, menciptakan mereka, berdasarkan Pascal, makhluk tersedih di antara semua hewan. Kemampuan mempunyai perasaan, menyerupai kesedihan atau kebahagiaan, membedakan mereka dari organisme lain, walaupun pernyataan ini sukar dibuktikan memakai tes hewan. Keberadaan manusia, berdasarkan sebagian besar mahir filsafat, membentuk dirinya sebagai sumber kebahagiaan.
B. Habitat Manusia
Pandangan konvensional dari evolusi insan menyatakan bahwa insan berevolusi di lingkungan dataran sabana di Afrika. (lihat Evolusi manusia). Teknologi yang disalurkan melalui kebudayaan telah memungkinkan insan untuk mendiami semua benua dan menyesuaikan diri dengan semua iklim. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, insan telah sanggup mendiami sementara benua Antartika, mendiami kedalaman samudera, dan ruang angkasa, meskipun pendiaman jangka panjang di lingkungan tersebut belum termasuk sesuatu yang hemat. Manusia, dengan populasi kurang lebih enam miliar jiwa, ialah salah satu dari mamalia terbanyak di dunia.
Sebagian besar insan (61%) berkediaman di tempat Asia. Mayoritas sisanya berada di Amerika (14%), Afrika (13%) dan Eropa (12%), dengan hanya 0.3% di Australia.
Gaya hidup orisinil insan ialah pemburu, dan pengumpul, yang diadaptasikan ke sabana, adegan yang disarankan dalam evolusi manusia. Gaya hidup insan lainnya ialah nomadisme (berpindah tempat; kadang kala dihubungkan dengan kumpulan hewan) dan perkampungan menetap yang dimungkinkan oleh pertanian yang baik. Manusia mempunyai daya tahan yang baik untuk memindahkan habitat mereka dengan banyak sekali alasan, menyerupai pertanian, pengairan, urbanisasi dan pembangunan, serta aktivitas suplemen untuk hal-hal tersebut, menyerupai pengangkutan dan produksi barang.
Perkampungan insan menetap bergantung pada kedekatannya dengan sumber air dan, bergantung pada gaya hidup, sumber daya alam lainnya menyerupai lahan subur untuk menanam hasil panen, dan menggembalakan ternak atau, sesuai dengan trend tersedianya mangsa/makanan. Dengan datangnya infrastruktur perdagangan, dan pengangkutan skala besar, kedekatan lokasi dengan sumber daya tersebut telah menjadi tak terlalu penting, dan di banyak tempat faktor ini tak lagi merupakan daya pendorong bertambah atau berkurangnya populasi.
Habitat insan dalam sistem ekologi tertutup di lingkungan yang tidak dekat dengannya (Antartika, angkasa luar) sangatlah mahal, dan umumnya mereka tak sanggup tinggal lama, dan hanya untuk tujuan ilmiah, militer, atau ekspedisi industri. Kehidupan di angkasa sangatlah sporadis, dengan maksimal tiga belas insan di ruang angkasa pada waktu tertentu. Ini ialah jawaban pribadi dari kerentanan insan terhadap radiasi ionisasi. Sebelum penerbangan angkasa Yuri Gagarin tahun 1961, semua insan 'terkurung' di Bumi. Di antara tahun 1969 dan 1974, telah ada dua insan sekaligus yang menghabiskan waktu singkatnya di Bulan. Sampai tahun 2004, tak ada benda angkasa lain telah dikunjungi manusia. Sampai tahun 2004, telah ada banyak keberadaan insan di ruang angkasa berkelanjutan semenjak peluncuran kru perdana untuk meninggali Stasiun Luar Angkasa Internasional, pada 31 Oktober 2000.
Referensi :
- Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009
- Van Apeldorn (1986), Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Prdanya Paramita.
- https://prinsipilmu.blogspot.com/search?q=pengertian-manusia
- https://prinsipilmu.blogspot.com/search?q=pengertian-manusia
0 komentar:
Post a Comment